Karya Mahasiswa Kita
Membaca catatan harian adalah seperti mempelajari sejarah. Kalau kita membaca catatan harian kita, kita mempelajari (dan merenungi) apa yang telah kita lalui, lakukan, tidak lakukan, yang kita lewatkan, dan berbagai hal yang langsung maupun tak langsung bersentuhan dengan kita. Membaca catatan harian Soe Hok Gie secara tidak langsung juga membaca sejarah Indonesia (dari mata seorang Gie) beserta hal-hal di balik sejarah itu sendiri. Soe Hok Gie adalah salah satu tokoh aktivis yang di kagumi. Gie tidak saja menguras pikirannya mengenai bangsa dan negeri di mana dia lahir (Indonesia) dengan menulis, tapi juga ikut serta dalam pergerakan mengubah sejarah bangsanya. Selain sikap-sikap politiknya, dalam catatan harian Gie ini kita juga bisa banyak belajar bagaimana seorang intelektual muda di tahun 60-an ini memandang persahabatan dan tentunya sebagai seorang manusia: cinta. Banyak orang juga sering terkagum melihat bagaimana orang-orang yang diceritakan Gie dalam catatan hariannya itu kini sering kita dengar atau lihat sebagai seorang Tokoh. Bukan hanya dalam arti ke-"terkenal"an-nya, tapi bagaimana orang-orang itu turut berperan dalam perjalanan sebuah bangsa. And that's very motivating.

Soe hok gie, lahir disaat perang tengah berkecamuk di pasifik . dididik dikeluarga yang perekonomiannya tidak begitu buruk namun berada di lingkungan yang kebanyakan perekonomiannya sangat memprihatinkan, Dia yang anak seorang penulis bernama Soe Lie Piet ( Salam Sutrawan) seorang sastrawan, dan kakaknya, Soe Hok Djien (Arief Budiman), adalah seorang intelektual terkemuka Indonesia. Ia pernah menjadi Ketua Senat Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UI. Seperti pepatah buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, begitu pula Gie rupanya gie pun tidak beda dengan ayahnya. Rajin menuliskan kejadian dan pengalaman kesehariannya. Dari catatan hariannya kita bisa tau kalau sejak kecil dia memang cerdas. dari cara dia memprotes seorang guru yang memang "kurang pintar", sampai kritikan dia kepada seorang Presiden yang memiliki kharisma yang begitu hebat (Soekarno). sampai-sampai dalam sebuah catatannya, dia sebagai seorang dosen mendapat makian dari teman maupun mahasiswanya dikarenakan kefrontalannya memberikan kritikan. musuhnya banyak... karena keidealismean dia. karena kejujurannya. Sayangnya ada catatan yang hilang pada masa waktu sebelum dan sesudah terjadinya tragedi G30S.
Ketika Mira Lesmana dan Riri Riza menggarap film Gie. Soe Hok Gie, sudah 36 tahun terlelap dalam tidur abadinya. Buku hariannya Catatan Harian Seorang Demonstran sudah 10 tahun menghilang dari toko buku.
Wajar saja jika pertanyaan “Siapa Soe Hok Gie? akan dijawab orang berbeda-beda. Di mata mahasiswa ia adalah seorang demonstran tahun 60-an. Namun di mata pecinta alam dia adalah anak Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia) yang tewas di Semeru tahun 1969.
Tinta Emas Soe Hok Gie Bag.2
0 Responses